Sabtu, 22 September 2012

Aktifitas Menenun di Dasan Lendang Masih Bertahan



Paerlauq: Tempat kami tidak menjadi ukuran. Yang paling penting hasil karya kami di terima di masyarakat. Begitulah sepenggal obrolan warga Dasan Lendang di rumah itu yang saya dengar ketika ikut jalan-jalan bareng salah satu tim paerlauq Kamis (20/9) lalu.
    Dasan Lendang adalah nama sebuah kampung di Desa Ganti sekitar 10 menit dari kantor Desa Ganti, tepatnya berada di Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Hingga sore hari menjelang magrib, warga di kampung itu masih tetap berkumpul di rumah reot tanpa diding itu, rumah yang hanya beralaskan tanah dan beratapkan ilalang, di tempat itu pula mereka berkarya.
    Di tempat itu pula mereka mampu bertahan demi menghasilkan berbagai macam hasil karya tenunannya.
Bagi saya menenun adalah pekerjaan yang sulit, banyak nama dan istilah yang semuanya memiliki makna dan sejarah setiap karya yang di hasilkan, belum lagi pengerjaannya. Songket misalnya merupakan kain tenun yang dibuat dengan teknik menambah benang, hiasan dibuat dengan menyisipkan benang perak, emas, atau benang warna diatas benang lungsi. Ada juga warga yang memasang manik-manik, kerang, atau uang logam sebagai hiasan tambahan.
    Karena menggunakan alat penenun yang tradisional maka kemampuan produksi mereka tidak terlalu banyak. Proses pembuatan kain songket memakan waktu lama. Setidaknya membutuhkan waktu 1 bulan untuk menghasilkan 1 lembar kain dengan lebar 1,2 meter dan panjang 2 meter. Tingkat kerumitan dan motifnya menentukan harga kain yang rata-rata diatas Rp. 100 ribu. (ement)

0 komentar:

Posting Komentar