Paerlauq: Pentas
tarian tradisional Joged asal Turun Tangis desa Suwangi Kecamatan Sakra
Kabupaten lotim di Dusun Kelotok, selasa (02/10) malam menggugah para
penggemarnya.
Pentas yang dilakukan dalam rangka tasyakuran atas telah menikahnya putera salah satu warga di dusun itu tersebar dari mulut-kemulut jauh sebelumnya. Lantunan lagu yang diiringi gamelan, seruling serta pereret yang menjadi khas tarian tersebut menambah suasana malam serentak ramai di tempat itu.
Pentas yang dilakukan dalam rangka tasyakuran atas telah menikahnya putera salah satu warga di dusun itu tersebar dari mulut-kemulut jauh sebelumnya. Lantunan lagu yang diiringi gamelan, seruling serta pereret yang menjadi khas tarian tersebut menambah suasana malam serentak ramai di tempat itu.
Lokasi pentas Joget yang
berdekatan dengan lokasi tempat pemakaman (kubur), yang biasanya hanya
terdengar suara jangkrik serentak berubah menjadi tempat hiburan yang ramai
pengunjung. Hingga pukul 12 tengah malam tanpak ramai jalan yang menghubungkan
warga desa dengan tempat hiburan tersebut. Karena tariannya yang khas, oleh sebagian
warga paerlauq (sebutan masyarakat Lombok bagian selatan) Tarian Tradisional
Joget asal Turun Tangis tersebut memang cukup dikenal, tidak heran jika
pengunjungnya berdatangan dari berbagai penjuru kampung dan desa.
Sebagian dari warga memanfaatkan
momen itu sebagai tempat mencari rizki, dengan cara menjajakan segala jenis
dagangan mereka, biasanya dedare (para gadis) atau bebalu (janda) menjadi penjual
di setiap dagangan itu, dengan maksud untuk menarik pembeli.
Bersebelahan dengan penjajak
dagangan, sebagian warga yang lain momen hiburan malam tersebut dijadikan
sebagai ajang perjudian, banyak jenis permainan perjudian yang ditawarkan, layaknya
para gadis yang menjajakan dagangan mereka.
pada permainan Dongkelang
misalnya, pelaku perjudian ala hiburan malam di kampung tersebut tidak sedikit
dari mereka adalah anak-anak dibawah umur, belum lagi permainan Boladil, jenis perjudian itu
menggunakan papan yang disusun rata, dilengkapi dengan aneka macam gambar
kemudian menggunakan bola kecil yang di gelindingkan sebagai penunjuk untuk
yang menang dan kalah.
Perjudian semacam itu sepertinya
sudah membudaya di masyarakat kampung, Tentu dalam setiap permainan judi itu
ada pemilik dan pelaku, pemilik biasanya disebut pelandang, kewajibannya
membayar kepada yang menang dan mengambil uang pelaku bagi yang kalah. Yang menang
biasana bersuara tinggi dan gembira, sementara yang kalah hanya bisa mengendus
dada dan menyesali perbuatannya. (HA)
0 komentar:
Posting Komentar