Paerlauq: “Rantok” merupakan salah
satu tradisi masyarakat suku Sasak Lombok yang dilakukan pada saat penanaman
batu nisan. Tradisi itu masih dilakukan oleh masyarakat kampung, tepatnya di dasan
baru desa sukaraja kecamatan jerowaru Lotim. Tradisi ini oleh masyarakat suku
Sasak dipercaya mampu penghibur almarhum yang ditanami batu nisan.
Rantok juga merupakan sebuah
peninggalan nenek moyang suku Sasak pada masa lampau yang hampir punah, tradisi tersebut biasanya dilakukan pada
malam hari, namun ditengah masyarakat setempat, tradisi itu masih kental
dilakukan. Terasa kuarng puas jika belum melakukan tradisi itu dalam setiap
pelaksanaan penanaman batu nisan ditempat itu.
Rantok terbuat dari pohon
asam dengan bentuk jukung (perahu kecil) dan alat pemukulnya terbuat
dari bambu dengan ukuran kurang lebih dua meter. Biasanya dimainkan dengan 12 orang dari kalangan terune (pemuda) dedare (gadis) sembari merayu
dengan pantun-pantun berbahasa Sasak, ada juga dari kalangan tua dan anak-anak,
umumnya tradisi tersebut pemainnya terdiri dari 8 orang yang berperan sebagai
penumbuq tepung dan 4 orang sebagai pelonto (pengatur suara tumbukan).
Menurut keterangan Amaq Nisah
(43) Kepada Paerlauq (8/10), kemarin mengatakan bahwa Rantok ini merupakan alat
pengolah tepung, kemudian dibuat menjadi jajan wajik, pangan, ure, bater,
bangkai, baduk, dan kemek. “Jajan ini menggambarkan isi dalam bagian dari manusia, dan jajan
tersebut dijadikan sebagai jamuan masyarakat yang melakukan pembacaan Al-qur’an
untuk warga yang akan di tanamkan batu nisan, tambah Amaq Nisah.
Suara pukulan Rantok layaknya
mirip dengan suara tabuhan gamelan yang memiliki suara dan irama sehingga
senang didengar oleh siapapun yang mendengarnya. Sebelum mulai acara ini pemangku
adat melakukan mantra-mantra yang
menurut keyakinan masyarakat setempat mampu membangkitkan semangat dan
keinginan yang menggebu-gebu dalam melakukan acara tradisi tersebut.
Oleh A. Mar (kadus Ds. Baru)
mengatakan bahwa tradisi Rantok bagaimana agar kedepan harus harus mampu dipertahankan,
karena tradisi ini merupakan momentum
perkumpulan atau salah satu bentuk wadah silaturrahim bagi masyarakat suku
Sasak di Lombok, selain itu juga saya yakin akan mampu menjadi bagian dari pariwisata
di Lombok. (ha)
0 komentar:
Posting Komentar